Pages
Categories
Archives
Meta
PT. Dirgantara Indonesia
Posted in: Kasus KM by dennysomad on January 15, 2011
PT. Dirgantara Indonesia (DI) atau dalam bahasa inggris Indonesian Aerospace Inc. adalah industri pesawat terbang satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara yang didirikan pada tanggal 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur.
Tidak hanya memproduksi pesawat terbang, PT. DI juga memproduksi senjata, helikopter, menyediakan jasa pemeliharaan mesin-mesin pesawat dan jasa pelatihan. Karena Indonesia sempat dilanda krisis ekonomi, banyak karyawannya yang diberhentikan, yang dari semula 16.000 karyawan menjadi hanya 4.000 karyawan. Sempat menunjukkan kebangkitan pada tahun 2000, tetapi karena dinilai tidak dapat membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun serta jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, DI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007. Namun keputusan tersebut dibatalkan pada 24 Oktober 2007.
Pada saat kawasan Asia diyakini merupakan potensi pasar produk kedirgantaraan dan sistem pertahanan, PT. DI berpacu untuk menata bisnisnya kembali, dengan berfokus kepada bisnis inti (Core) yaitu pesawat terbang yang meliputi lini usaha: CN-235, N250, NC-212, dan helikopter. Sedangkan bisnis non-core yang meliputi: Manufacturing Services, Interior, Component Manufacturing, dll.
DI merencanakan 3 target perbaikan yaitu:
– Program Restrukturisasi Bisnis: yang bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi perusahaan. Dari upaya restrukturisasi ini, PT. DI terus mengembangkan dan mempertahankan lini CN-235, kelompok Aircraft Services, dan kelompok Manufacturing Services.
– Peningkatan Kinerja Pemasaran: menargetkan untuk peningkatan delivery pesawat terbang CN-235 dari rata-rata tiga unit menjadi enam unit pertahun mulai tahun 2006.
– Program Efisiensi Biaya: yang difokuskan pada 3 hal: penurunan lead time, efisiensi SDM, dan evaluasi struktur biaya terutama biaya beban usaha.
Dari target perbaikan tersebut, hasil simulasi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan mengalami perbaikan. Proyeksi penjualan periode 2002-2010 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Setelah melalui fase survival (2000-2003) dimana perusahaan berada pada tingkat yang kurang sehat, hingga akhirnya antara tahun 2004-2010 perusahaan mampu menghasilkan laba usaha rata-rata 9,3% dari penjualan.
Sumber: http://www.indonesian-aerospace.com/book/c3.htm
No Comments »
No comments yet.
RSS feed for comments on this post. TrackBack URL